Aku menggeliat kedinginan. Suhu AC di kamar ini dingin sekali. Aku menengok ke kiri dan kekanan untuk mencari remote control mesin pendingin itu. Ketika Sedang mencari-cari, pandanganku tertumbuk pada tubuh polos telanjang seorang pria yang masih terbaring tidur. “Lelap sekali dia…”, pikirku. Di sebelahnya ada anak perempuan kecil, dia Fanny, anakku. Aku melihat jam yang ada di meja disamping tempat tidur, “Jam 6…”, gumamku.

Aku malas sekali untuk pulang. Aku masih ingin disini, di rumah Alex. O.. Iya… Alex itu adalah nama pria yang masih tidur di sampingku. Dia bukan suamiku, aku baru mengenalnya kemarin siang.
Aaahhh…. Dingin sekali kamarnya Alex. Saking dinginnya, puting susu di payudaraku mendadak mengeras.

Sambil senyam-senyum sendiri, niat isengku timbul, aku membalikkan tubuh Alex yang sangat atletis itu. Seketika itu juga, aku disuguhkan pemandangan yang sangat indah.
Sebuah benda yang sangat panjang dan besar, yang selama beberapa jam tadi telah membuatku lupa akan keberadaan suamiku, telah kembali bangkit berdiri tanpa disadari pemiliknya. Dan seolah-olah menyuruhku untuk menjilati dan mengulumnya. Tapi aku belum sepenuhnya tergoda.

Sambil menggenggam batang keras itu, akupun mengelus-elus liang vag|na ku sendiri, dan entah kenapa, pikiranku menerawang ke saat aku dan pemilik pen|s besar ini bertemu….


Pukul 11 siang. Aku dan Fanny sedang berbelanja bulanan di sebuah supermarket. Sambil mendorong trolly, aku berjalan dari lorong ke lorong, berusaha mencari barang-barang yang ada di daftar belanjaan ku. Sampai suatu ketika, aku membelokkan trollyku ke lorong minuman. Tapi karena aku tidak melihat sisi sebelah kiri lorong –karena terhalang oleh sebuah rak display- trollyku menabrak trolly lain yang ada di sisi luar display tadi. Kontan saja aku meminta maaf. Pria yang trollynya aku tabrak tadi tersenyum, “Nggak apa-apa kok…”, katanya.
“Bener gak apa-apa?”, Tanya ku memastikan.
“Iya, “ jawabnya. “Makanya non, jangan sambil melamun. Mikirin apa sih?” tanyanya lagi sambil tersenyum.
“Aku nggak mikirin apa-apa kok….” Jawabku agak sedikit genit (Aku sendiri heran, kenapa bisa bergenit-genit gitu)
Lalu, tanpa terduga, pria tadi mengajukan tangannya dan mengajak berkenalan.
“Mmh… boleh tahu namanya gak non?”
Terus terang, aku kaget. Tapi entah kenapa, aku juga mengajukan tangan dan berkenalan dengan pria tinggi, putih dan ganteng yang berdiri di depanku ini.
“Kenapa nggak kamu duluan?” tantangku.
Sambil tersenyum maaanniiisss sekali, dia menyebutkan namanya….
“Alex… kamu?”
“Mmmhh…. Mia! Dan ini anakku… Fanny…”
“Oo.. anakmu tho non….” Sahutnya.
“Iya…” jawabku, “emang kenapa?”
“Nggak papa… Eh iya… boleh tahu no hp mu nggak?” tanyanya lagi.

Dan sekali lagi, entah kenapa… aku dengan entengnya memberikan no hp ku. Padahal biasanya, aku gak pernah kaya gini. Setelah mencatat no ku ke dalam hp nya, Alex me-misscall-ku. “Itu no ku…” katanya. Tak lama setelah itu, kami pun berpisah dengan berjanji akan saling telfon, paling tidak, sms-an.

Pukul 12.30 siang.
Aku baru saja sampai dirumah. Aku menyuruh pembantuku membereskan belanjaan, sementara aku masuk kekamar untuk berganti pakaian. Pas… ketika kain peradaban terakhir yang melingkar menutupi daerah sensitifku meluncur turun melalui kedua paha dan betis indahku, Hp ku berbunyi… aku lihat nama si penelfon. Ternyata Alex!!!
“Hallo…” kataku.
“Hallo non… lagi ngapain?” jawab Alex.
“Mmh… lagi ganti baju. Ngapain telfon?”
“Lho… kok sinis sih? Aku cuma mau ngobrol kok…”
“Iya… iya…. Nggak sinis kok..!!” kataku mengoreksi, “maksudku, kok telfonnya cepet banget… kirain besok-besok…”
“Mmh… tapi nggak papa kan?” Tanyanya…
Kami ngobrol-ngobrol hampir 1 ½ jam sebelum aku (dengan herannya pada diriku ini) Memberikan no telfon rumahku. Ternyata, Alex lagi sendirian dirumah. Istrinya lagi ke Semarang dengan anaknya. Tanpa diduga, Alex mengajakku untuk ketemuan. Setelah aku pikir-pikir, toh cuma ketemuan ini…. Ya sudah, akhirnya aku mengiyakan ajakannya. Janjiannya di PIM, didepan bioskop 21, jam 7 nanti malam.

Pas jam ½ 5, aku mengajak Fanny untuk mandi bareng (Alex membolehkanku untuk mengajak Fanny). Didalam kamar mandi, Fanny bertanya kepadaku…
“Mami kenapa? Kok senyum-senyum?” tanyanya lugu.
“Gak papa”, kataku, “nanti mami kan mau ketemu sama Om Alex… tapi Fanny jangan bilang-bilang sama papi ya…. Nanti kalo Fanny nurut, mami beliin baju baru….”
“Om Alex itu siapa siih Mih?” tanya Fanny lagi.
“Om Alex itu yang tadi kita ketemu di GIANT. Yang tadi kenalan sama Mami. Dia mau ngajak mami sama Fanny jalan-jalan…” jawabku
“Asiiikkk…” sahut Fanny, “tapi…” katanya lagi, “kok ketemu Om Alex, mami seneng bener?”
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Fanny, “Iya lah… karena Om Alex lebih ganteng dari papi, terus badannya bagus banget. Mami rasa, kontolnya Om Alex besar deh Fan….”
“jalantol apaan sih Mam?” Tanya Fanny lugu.
“jalantol itu buat dimasukkin kesininya mami!” jelasku sambil memperlihatkan dan sedikit membuka belahan indah dibagian selangkanganku ini.
“Fanny juga punya….” Sahut Fanny seraya memperlihatkan memek kanak-kanaknya.
“Iya… tapi belum boleh dimasukkin jalantol… nanti kalo Fanny sudah SMP atau SMA, Fanny mami bolehin deh masukkin jalantol ke itunya Fanny”
“Emangnya jalantol itu kaya gimana sih mam?”
Sedikit bingung njelasinnya, aku ngomong gini ke Fanny, “Kalo nanti Mami diajak ngewe sama Om Alex, mami kasih tahu ya…. Tapi inget… jangan bilang-bilang ke papi ya…!”
“Emangnya kenapa?”
“Nanti papi-mu ngiri…. Soalnya kalo memek mami dimasukin jalantol segede itu, kayaknya rasanya enak banget deh.. kalo’ punya papi kan kecil. Jangan bilang ke papi ya?”
Fanny mengiyakan saja…

Ketika aku dandan, suamiku bertanya, “kamu mau kemana?” Aku menjawab, kalau aku mau ke rumah Rieke, temanku, tapi suamiku gak tahu kalo aku sudah menelfon Rieke dan bilang kalo aku ada janji sama cowok… Rieke cuma ketawa kecil tapi ngerti. Lah… si Rieke ini jagonya selingkuh… hihihihihihi…..

Dan herannya, suamiku kok seperti gak curiga dengan dandananku. Aku memakai rok jeans ketat dan pendek (yang pendek sekali malah. Buat nutupin memek, aku cuma pake g-string putih tipis dan tembus pandang. Tapi jangan harap bisa ngeliat bulu-bulunya… soalnya aku cukur habis), buat atasannya, aku hanya pake tanktop putih jenis body fit (saking fit-nya, toketku terlihat padat berisi dan seolah ingin berontak keluar - ditambah dengan puting susuku yang juga tercetak jelas sekali… aku cuma pakai BH yang tipis, but,… who cares?). Sekitar jam ½ 7, aku dan Fanny, dengan menggunakan Taxi, cabut ke PIM.

Pertemuanku dengan Alex sangat menyenangkan. Dia selalu bisa membuatku tertawa dengan banyolan dan joke-joke pornonya. Bahkan dia membelikan Fanny, baju dan boneka. Kami juga sempat makan, belanja dan saling memuji. Katanya, rambut panjangku yang hitam sangat menarik, ditambah dengan tubuh yang proporsional, membuat dia ingin memeluk, mencium dan mencumbuku. Mau gak mau, aku cerita ke dia, kalo’ tadi pas lagi mandi, aku sempat membayangkan ‘barangnya’. Sambil tertawa, dia ngomong, “Ya ampun non, kamu sempat mikir gitu?”
“Iya!” jawabku singkat sambil tersipu malu.
Lalu ia membungkukkan badannya dan berbisik padaku, “Non, kamu mau nginap dirumahku gak? Nanti aku akan memuaskan rasa penasaranmu. Bahkan kamu boleh ngotak-ngatik barang yang tadi kamu bayangin.” Lalu ia mengecup pipiku dan tersenyum.

Tanpa banyak basa-basi, aku langsung meng-iyakan ajakannya. Di mobil, dalam perjalanan ke rumah Alex, aku menelfon suamiku. Aku bilang kepadanya, kalo’ aku dan Fanny menginap dirumah Rieke. Setelah menutup Hp-ku, aku bilang ke Alex… “Tonight, I’m yours!”
Dan Alex berkata (seolah untuk suamiku) “Sorry man! Tonight, your lovely, sexy, adorable and juicy wife is mine!”, lalu ia tertawa.
Aku ikut tertawa, sambil mengecup bibirnya, aku berkata, “Kamu lupa satu lagi!”
“Apa itu?” tanyanya…
“My pussy… my hairless, tight and warm pussy is yours too, tonight!”
“Yeah… baby! And my red neck dick is yours!” katanya…

Aku menjawab dengan gairah dan nafsu yang menggebu, “You’re right, baby! Can I try it now?”
Tanpa banyak basa-basi, Alex segera melepas celananya sebagian dan mengeluarkan benda yang dari tadi mengganggu pikiranku. Belum bangun sih… tapi itu saja sudah membuatku sesak nafas, karena besar sekali.
Sisa perjalanan ke rumah Alex diisi oleh suara-suara kecipak dan hisapan, tanpa ada suara lain. Aku sibuk dengan ‘barang baru’, Alex nyetir sambil keenakkan (terkadang, dia mengelus rambutku dan meremas toketku). Sementara Fanny, anakku, duduk di jok belakang dan diam saja menyaksikan aksi maminya ini. Di dalam kepalaku terlintas wajah Rieke (yang mungkin juga lagi sibuk dengan salah satu selingkuhannya) dan wajah suamiku yang samar-samar, karena dikalahkan dengan bayangan aku dan Alex yang saling bergulat di depan Fanny yang tidak tahu apa-apa.

Sesampainya dirumah, Alex langsung mengunci pintu dan jendela. Lalu ia menelfon istrinya dan berpura-pura ber ‘miss u-miss u’an, sementara tangan kirinya menggenggam batangannya sendiri, berusaha untuk menjaga agar tetap tegang.

Aku sendiri hanya tinggal memakai g-string saja. Sisa pakaianku tergeletak pasrah di pintu depan. Tak lama setelah mentup telfon, Alex memelukku dari belakang. Tangan kanannya merogoh cd-ku dan memainkan jarinya di kelentitku, sementara tangan kirinya saling bergantian meremas kedua payudaraku. Aku yang melingkarkan tanganku di belakang lehernya, memasrahkan bibir dan lidahku untuk dilumat bibir dan lidah Alex.

Lalu kami melanjutkan aksi kami dengan ber-69 ria. Ketika sedang bertukar posisi (sekarang aku tengkurap diatas tubuh Alex yang berbaring terlentang), Fanny mendatangi kami.
“Mami lagi ngapain?” tanyanya.

Sambil terengah-engah (Lidah Alex tidak mau keluar dari liang vaginaku), aku berusaha menjawab, “ssh… lagi ngisep… kontolnya… mmmhh… Om Alex! Uuuh… enak baangget Lex…”
Setelah itu, Alex menghentikan serangannya dan menyuruhku berlutut sambil menghisap zakarnya, sementara ia duduk di sofa dan menyuruh Fanny duduk di sampingnya.

“Fanny lihat mami kan?” Tanya Alex.
“Iya, Om… mami lagi ngapain?”
“Mami lagi ngisep kontolya Om Alex, sayang.” Jelas Alex.
Aku menghentikan seranganku dan menjelaskan ke Fanny, kalau benda panjang, besar dan keras yang sedang aku hisap ini adalah jalantol. Fanny mengangguk mengerti, mungkin ia ingat omonganku di kamar mandi tadi sore.
“Fan…” kata Alex, “nanti mami sama Om Alex mau ngewe. Fanny diam aja ya…”
Fanny mengiyakan saja, walaupun ia tidak tahu apa itu ngewe.

Lalu aku bangkit berdiri dan duduk di samping Alex sambil memangku Fanny. “Fan, inget pesen mami ya… jangan bilang ke papi. Nanti, kalo Fanny bilang, kasihan mami… gak bisa ngewe lagi sama Om Alex… ya?”
“Iya mam…” jawab Fanny polos.
“Dan kamu…” kataku ke Alex, “mulai hari ini, memekku punya kamu. Dan gak usah ikut mikir suamiku. Kalo sama dia kan kewajiban… kalo sama kamu namanya hak… hak untuk menikmati kontolmu yang besar ini!”
Alex tertawa, “Kalo’ memekmu punyaku, berarti kontolku boleh kamu acak-acak!”
Setelah menurunkan Fanny, kami berpelukan dan saling mengulum bibir kami.

Kemudian, Alex menyuruhku terlentang dan dia membuka kakiku lebar-lebar. Setelah itu, vaginaku mulai dijajah oleh jari dan lidahya. Aah… nikmat sekali. Tak lama kemudian, aku meraskan ada cairan yang membasahi vaginaku, rupanya cairan pelumasku keluar. Mengetahui hal ini, Alex segera berlutut dan berusaha memasukkan penisnya yang besar itu kedalam vaginaku.

“Ssshh… Alex… eeennaaakkkk…. Baangeeettt…. Mmhhh!!!!”
Aku tahu kalo’ vaginaku ini memang sempit, tapi aku heran, ternyata barang kesayanganku ini sanggup menelan zakar Alex yang panjang dan besar itu. Pergulatan kami dilanjutkan dengan doggy style. Baru saja aku nungging, memek kesayanganku ini langsung disumbat oleh batang besarnya Alex. Alex merangsak maju mundur, walau sesekali dia menancapkan dalam-dalam batangannya lalu diam, seolah menyuruh dinding bagian dalam vaginaku untuk merasakan denyutan-denyutan dari urat dan kelenjar di batang besar itu.
Hujaman-hujaman Alex kian liar tatkala dia tahu aku bocor untuk yang pertama. Aaahhh… nikmat sekali rasanya (suamiku pun belum pernah memberikan yang seperti ini). Gerakan maju mundur Alex kian lancar saja, karena memekku sudah basah banget. Lalu Alex melepas kontolnya dan menyuruhku berbaring miring.

Dengan gerakan cepat, Alex mengangkat kaki kananku dan menancapkan kontolnya dengan mantap di liang surgaku dari belakang. Rupanya ini jurus andalannya. Dan ternyata, gayanya ini membawaku ke orgasme kedua, aahhh…. Lebih nikmat dari yang pertama!! Di tengah hujaman-hujaman itu, Alex berkata;
“Non… mmmhh… aku mau keluar yaaa….?!”
Baru saja aku mau bilang ‘didalam aja ngeluarinnya!’, Alex sudah mengerang hebat. Pada saat yang sama, bagian dalam vaginaku disiram dengan kencang sekali oleh cairan yang hangat, lengket, kental… dan sepertinya banyak sekali.

Pokoknya enak banget! Kemudian Alex melepas kontolnya dan menyuruhku terlentang. Lalu dia menempelkan kepala kontolnya di mulutku lalu mengocoknya. Ternyata masih ada cairan yang keluar dari jalantol bapak beranak satu ini.

Peju lengket dan hangat itu muncrat di mulut dan lidahku. Sebagian memang ada yang ku kumur-kumurkan dulu sebelum kutelan, tapi sebagian lagi (dan itu yang paling banyak) langsung aku nikmati dari batang tempat keluarnya tadi. Setelah selesai, Alex langsung bersandar di sofa, sementara aku masih terbaring terlentang, merasakan kenikmatan luar biasa. Sementara Fanny berlutut dan membungkukkan badannya didepan vaginaku. Kakiku memang aku buka selebar-lebarnya, walau aku menaikkan kedua lututku. Kata Fanny, “Mami, kok pipisnya putih?” Sambil berusaha mencerna pertanyaan Fanny, aku merasakan ada sisa cairan sperma Alex yang mengalir keluar dari vaginaku.

10 menit kemudian, aku dan Alex ke kamar mandi untuk membersihkan ‘kotoran’ yang ada di tubuh kami. Setelah itu, kami bertiga ke kamar tidur Alex. Aku dan Alex saling mencumbu lagi, sementara Fanny masih menyaksikan kami. Tiba-tiba Hp ku berbunyi, kulihat siapa yang menelfon… ternyata suamiku!
“Sayang…” kataku ke Alex, “ini suamiku. Kamu diam dulu ya… main sama Fanny dulu kek!” Lalu aku berkata ke Fanny, “Fan, kamu jangan berisik dulu yaa… main sama Om Alex dulu giih?!”
Fanny dan Alex menjawab berbarengan, “Iya mami…”

Lalu aku mengangkat telfon. Suamiku bertanya dimana aku sekarang. Aku bilang saja, ada di rumah Rieke. Sekarang, Rieke lagi keluar sama anaknya dan Fanny… lagi cari makan. Sementara aku menelfon, aku melihat Fanny sedang memegang-megang pen|s Alex, dan pakaiannya telah dilucuti Alex sejak entah kapan. Aku terus berbicara di telfon sambil berusaha menahan senyum melihat Fanny dan Alex. Tak lama kemudian, aku menyudahi pembicaraan telfon dengan suamiku.

Setelah aku kembali ke tempat tidur, Alex ngomong ke aku, “Non, sekarang Fanny sudah tahu darimana dia keluar…”

“Kamu ngomong apa ke Fanny?” tanyaku. Lalu Alex menjelaskan pembicaraannya dengan Fanny. Aku hanya senyam-senyum aja dengerinnya. Sambil terus mendengarkan, aku dengan posisi berbaring miring menghadap Alex, kembali menggenggam batangan Alex dan mengocoknya. Sementara Alex yang berbaring terlentang, terus bercerita sambil terkadang meremas payudaraku yang besar dan memilin-milin putting susuku. Akibatnya, kami saling mencumbu lagi dan langsung memulai babak ke 2 pertandingan seru antara memekku dan jalantol Alex.

Pergulatan itu berlangsung dalam berbagai gaya dan cara. Aku sampai 2 kali lagi mengalami orgasme. Untuk babak ini, Alex sengaja menyemprotkan spermanya di tubuh Fanny. Anakku kaget sekali disiram cairan kenikmatan Alex yang hangat, lengket dan banyak itu, tapi aku langsung menenangkannya. Setelah tenang, aku langsung membersihkan sperma itu dengan cara menjilati dan menelannya semua… sampai bersih. Aku dan Alex benar-benar gila sekali malam itu.

“We’re not makin’ love… we’re fuck!” kata Alex. Aku mengiyakan saja, sambil terus menjilati dan menciumi kepala zakar Alex. Sampai ½ 5 pagi, Alex sudah 4 kali mengeluarkan peju, sementara orgasmeku sudah tak terhitung lagi. Sekitar jam 5, kami tidur.

Tiba-tiba, aku tersadar dari lamunanku. Setelah mencium jalantol Alex. Aku kamar mandi untuk sikat gigi dan mandi, lalu ke dapur untuk membuat sarapan (aku masih bugil).

0 comments:

Post a Comment

 
Top